Menelusuri Validasi Perasaan Sedih dalam Al-Quran dan Kekejaman akibat Iri dan Kecemburuan: Hikmah dari Kisah Nabi Yusuf AS
KONTEMPLASI
10/7/20247 min read


I came across these surah, and remember a long time ago I watched the series about Nabi Yusuf AS, I profoundly grateful that Allah gave me the chance to remind myself bahwa Sebaik-baik panutan dan tuntunan ya dari Alquran, dan di dalamnya banyak kisah Nabi yang somehow membuat kita realize kalau “Nabi aja ujian hidupnya seberat ini, Nabi lho, yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dan menjadi tauladan umat manusia. Apalagi kita, Manusia yang banyak dosa dan tidak tahu diri ini”
Dari surat yusuf saya belajar banyak hal. Kisah yang luar biasa dari Nabi Yusuf dan Nabi Yakub yang mengajarkan kita bagaimana menghadapi kekejaman orang lain karena rasa iri dan cemburu (bahkan dari saudara Nabi Yusuf sendiri), fitnah akan hall yang tidak dia lakukan serta menerima untuk diasingkan (oleh Zulaekha) dan kesedihan yang mendalam karena kehilangan (Nabi Yakub pun sedih tak terkira dan menangis selama kehilangan Nabi Yusuf, anak terkasihnya) serta tentu yang penting bagaimana kita harus terus berprasangka baik terhadap Takdir Allah.
Membaca kisahnya sangat lengkap di Alquran, dan menguatkan untuk hati yang sedih dan menunjukkan bahwa Allah memvalidasi kesedihan hamba Nya yang mendalam, dan ini bisa terjadi pada siapapun. Bahkan Kesedihan Nabi Yakub ini menyebabkan matanya menjadi putih, kabur dan tidak mampu melihat dengan sempurna.
Berikut kisahnya diabadikan dalam Al-Qur'an:
وَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰٓاَسَفٰى عَلٰى يُوْسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنٰهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيْمٌ
Artinya: "Dan Yakub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)." (QS Yusuf ayat 84
Mungkin sedikit kisahnya di ambil dari halaman website https://www.perguruanalamjad.com/post/kisah-nabi-yusuf-as dan https://pelitaumat.id/2023/08/12/kisah-lengkap-nabi-yusuf/
Nabi Yusuf AS adalah putra ketujuh dari anak Nabi Yaqub AS yang berjumlah dua belas orang. Ada beberapa ujian hidup yang dialami Nabi Yusuf, salah satunya saat dibuang ke dalam sumur oleh saudaranya. Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur'an surah Yusuf ayat 7-21.
Perlakuan ayahnya kepada Nabi Yusuf membuat iri hati dan kecemburuan di antara saudaranya yang lain. Mereka merasa bahwa ayahnya lebih mencintai Nabi Yusuf dan saudaranya Bunyamin dari pada mereka. Mereka membuat suatu rencana yang bertujuan agar mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang ayahnya. Hingga suatu ketika, Nabi Yusuf dibuang ke sumur oleh para saudaranya.
Pada Al-Qur'an surat Yusuf ayat 11-14 dijelaskan, saudara Nabi Yusuf tersebut membujuk ayah mereka agar mengizinkan Yusuf pergi bermain dengan mereka. Meski sebelumnya ditolak karena kekhawatiran sang ayah, ayah mereka pun akhirnya memberi izin.
Selama perjalanan, saudara-saudara Nabi Yusuf menghina dan mencacinya dengan tindakan juga ucapan. Kemudian, mereka bersepakat untuk memasukkannya ke dalam sumur. Mereka pun memaksa Nabi Yusuf sedemikian rupa hingga meminta beliau untuk menanggalkan pakaiannya. Pakaian tersebut digunakan mereka sebagai alibi untuk sang ayah bahwa Nabi Yusuf diserang oleh serigala.
Setelah membuang Nabi Yusuf, saudara-saudaranya pulang dengan membawa baju Nabi Yusuf yang sudah dilumuri darah dan menangis di hadapan ayahnya, seolah-olah menangisi kepergian Nabi Yusuf.
Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 17, bahwa mereka berkata:
قَالُوْا يٰٓاَبَانَآ اِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَاَكَلَهُ الذِّئْبُۚ وَمَآ اَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صٰدِقِيْنَ
Artinya: "Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan engkau tentu tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benar."
Ayah mereka tidak langsung mempercayai kabar tersebut begitu saja setelah menyadari ada tanda-tanda meragukan. Sebab, sang ayah sendiri menyadari perselisihan di antara Nabi Yusuf dan saudaranya. Mendengar kabar tersebut, Nabi Yaqub sangatlah merasa berduka dan menangis hingga suatu hari matanya menjadi putih (buta) karena kesedihan. Nabi Yaqub sendiri adalah orang yang sangat penyabar dan selalu menahan amarah terhadap anak-anaknya.
Di sisi lain, Nabi Yusuf yang tengah duduk di dalam sumur sambil berdoa dan bertawakal menunggu kebaikan dan kasih sayang Allah SWT kepadanya. Diusianya yang masih muda, Yusuf sudah menunjukan ciri kenabian padanya, ia mempunyai sifat yang penyabar, taat dan patuh kepada Allah dan sangat berbakti kepada orangtuanya.
Suatu hari datanglah para musafir dari negeri Syams ke sumur tersebut untuk menimba air. Ketika mereka mengulurkan tali timbanya, Nabi Yusuf menggelantungkan diri pada timba itu. Lalu musafir yang melihatnya berkata sebagaimana yang disebutkan dalam surat Yusuf ayat 19:
يٰبُشْرٰى هٰذَا غُلٰمٌ ۗوَاَسَرُّوْهُ بِضَاعَةً
Artinya: "Oh, senangnya, ini ada seorang anak muda!". Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan."
Para musafir tersebut merasa senang karena bisa menjadikan Nabi Yusuf sebagai komoditas barang dagangan atau budak yang menguntungkan bagi mereka. Nabi Yusuf kemudian berhasil dijual kepada salah seorang menteri negeri Mesir yang bernama Qitfir Al Aziz. Di sana pula, Nabi Yusuf bertemu dengan istrinya di masa depan yang bernama Zulaikha
Pada saat itu masih berlaku sistem jual beli budak. Nabi Yusuf pun dijual dengan harga yang murah oleh para musafir tersebut. Namun, siapa sangka justru keputusan dari musafir ini merupakan rencana lain dari Allah SWT untuk menyelamatkan Nabi Yusuf dari saudara-saudaranya dan mengubah kehidupan Nabi Yusuf menjadi orang yang berwibawa, cerdas dan mempunyai kekuasaan di negeri Mesir.
Apa yang dialami nabi Yusuf AS merupakan sebuah kehendak Allah SWT dan sebagai bukti bahwa sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan yang diiringi dengan doa dan bertawakal hanya kepada Allah SWT. Ada banyak hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil di dalam kisah ini.
Allah SWT berfirman dalam Alqur'an surah Yusuf ayat 111:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya : "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."
Orang yang membeli Nabi Yusuf pun juga senang hingga dijadikan anak dan memberikan tempat serta pelayanan yang baik. Nabi Yusuf tinggal di keluarga seorang menteri dan istrinya yang bernama Zulaikha. Setelah itu mulai ada ketertarikan dari Zulaikha terhadap Nabi Yusuf karena ketampanan wajahnya. Zulaikha pun tak bisa menahan diri dan tergoda. Istri pembesar Mesir itu akhirnya menggoda Yusuf untuk memenuhi hasratnya. Yusuf sempat menolak saat Zulaikha memaksa hingga akhirnya pembesar Mesir datang dan mengetahuinya. Pembesar Mesir pun meminta Yusuf untuk merahasiakannya. Namun ternyata rahasia tersebut tetap diketahui oleh para wanita di kota dan menganggap bahwa hal yang telah dilakukan oleh Yusuf harus ada tindakannya yakni dengan memenjarakan Nabi Yusuf A.S.
Zulaikha melihat bahwa Nabi Yusuf parasnya semakin terlihat indah dari hari ke hari, matanya sangat jernih, gagah dan kehalusan budinya sehingga menimbulkan rasa hatuh hati. Dalam kisahnya, Zulaikha menggoda Nabi Yusuf untuk menundukkannya yang berarti godaan itu tidak hanya datang sekali dua kali agar Nabi Yusuf tunduk kepadanya. Karena Nabi Yusuf tidak tergoda, Zulaikha mulai mengalami frustasi secara psikologis karena keinginannya berkali-kali ditolak oleh Nabi Yusuf. Akhirnya Zulaikha memaksa Nabi Yusuf untuk memenuhi hasratnya tersebut meskipun pada akhirnya Nabi Yusuf tetap tidak tergoda dan terjadi sedikit pertengkaran diantara keduanya. Jamuan Makan Zulaikha Saat mengadakan acara jamuan makan, para undangan wanita yang hadir menggunjingkan sikap Zulaikha yang merupakan istri pembesar Mesir yang menggoda Yusuf. Maka Zulaikha meminta para wanita tersebut untuk memegang pisau dan buah. Saat Nabi Yusuf datang para wanita yang melihatnya sampai-sampai tak sadar bahwa jari tangan mereka telah terpotong atas ketampanan paras Yusuf.
Nabi Yusuf pun masuk ke dalam penjara. Saat di penara ia bersama dengan dua orang pemuda lainnya. Nabi Yusuf menjadi penakwil mimpi dari dua orang pemuda tersebut. Pena’wil pertama merupakan kabar baik bagi orang yang memimpikannya, yakin ia akan kembali ke rumah tuannya, melakukan pekerjaan semula. Sementara takwil kedua merupakan kabar buruk bagi yang memimpikan itu sehingga ia tidak percaya dan berkata bahwa mimpinya tersebut adalah kebohongan. Takwil kedua tersebut berisi bahwa ia akan disalib dan digantung, lalu burung makan sebagian kepalanya. Nabi Yusuf berkesempatan untuk menakwilkan mimpi-mimpi raja dan karena takwilannya dianggap benar maka ia dapat dibebaskan dari penjara. Nabi Yusuf Menjadi Penafsir Mimpi Raja Ilustrasi pemimpin. Diketahui bahwa raja memiliki mimpi-mimpi yang unik sehingga raja mencari dukun-dukun dan orang-orang yang berhubungan dengan gaib untuk memaknai mimpinya. Namun ternyata tak seorang pun yang berhasil. Saat mendengar kabar tersebut dari mantan tahanan yang pernah bersamanya di penjara, Nabi Yusuf pun mena’birkan mimpi raja tersebut. Dari situlah awal mula raja Mesir tertarik terhadap Nabi Yusuf. Kisah Nabi Yusuf pun terus berlanjut hingga akhirnya tipu daya Zulaikha terbongkar dan kebenaran atas diri Yusuf terbuki.
Akhirnya Nabi Yusuf diangkat menjadi Menteri Keuangan Negara atau pejabat negara setelah takwilnya terhadap sang raja. Penafsiran yang dilakukannya menjadi kenyataan. Saat musim paceklik yang akan terjadi di waktu yang akan datang, penduduk Mesir pun diperintahkan oleh Nabi Yusuf untuk bercocok tanam. Perintah Nabi Yusuf tersebut berkebalikan dengan kebiasaan sehari-hari penduduk Mesir. Daripada sebelumnya, mereka merasa mendapatkan hasil yang lebih baik sehingga hal itu menunjukkan bahwa negara bisa berhemat saat masa-masa sedang sulit.
Peristiwa bertemu kembali dengan keluarganya. Nabi Yusuf bertemu saudaranya Benyamin dan ayahnya yang sudah lama tidak bertemu pun akhirnya terbayarkan dengan pertemuan mereka itu. Itulah kisah Nabi Yusuf yang banyak sekali memberikan pelajaran pada kita untuk menjadi seseorang dengan iman yang teguh dan memiliki prinsip-prinsip Islam meskipun banyak cobaan dan ujian hidup yang datang. Mengajarkan juga untuk kita senantiasa memiliki kesabaran dan tidak putus asa serta terus bertawakal hingga kesuksesan mendatangi kita. Selain itu, terapkan kejujuran pada diri yang akan menempatkan manusia pada derajat yang tinggi. Merasalah bahwa Allah selalu mengawasi kita dan kita takut kepada Allah agar terhindar dari perbuatan keji. Karena sejatinya Allah akan menolong hambanya yang selalu berdoa. Melalui kisah Nabi Yusuf ini manusia mendapatkan pelajaran untuk berbuat baik dan menebarkan kebaikan.
Dalam perjalanan kehidupan, manusia tidak terlepas dari berbagai emosi, termasuk perasaan sedih. Al-Quran memberikan berbagai panduan dan contoh bagaimana menghadapi perasaan ini dengan cara yang benar. Selain itu, kisah Nabi Yusuf AS melukiskan bagaimana kekejaman antara manusia bisa muncul akibat rasa iri dan kecemburuan. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri validasi perasaan sedih dalam Al-Quran dan dampak destruktif yang ditimbulkan oleh kecemburuan dalam kisah Nabi Yusuf.
Validasi Perasaan Sedih dalam Al-Quran
Al-Quran mengakui perasaan sedih sebagai bagian dari pengalaman manusia. Dalam Surah Yusuf, kita melihat Yusuf AS yang mengalami banyak penderitaan dan kesedihan. Meski dia seorang nabi yang terpilih, ketidakadilan dan pengkhianatan yang dialaminya menunjukkan bahwa sedih adalah reaksi yang wajar terhadap situasi yang tidak adil. Dalam hal ini, perasaan sedih bukanlah tanda kelemahan, tetapi bagian dari perjalanan spiritual yang harus dilalui. Melalui kisah ini, Allah mengajarkan kita untuk tidak hanya mengingkari perasaan, tetapi juga untuk menghadapinya dengan sabar dan tawakkal.
Kekejaman sebagai Dampak Rasa Iri dan Kecemburuan
Kisah Nabi Yusuf juga menyoroti sisi kelam dari sifat manusia, seperti iri hati dan kecemburuan. Kakak-kakaknya tidak dapat menerima keistimewaan yang dimiliki Yusuf, dan dari ketidakmampuan mereka untuk mengelola perasaan tersebut, timbullah kekejaman. Mereka bersekongkol untuk mengabaikan saudara mereka yang tidak bersalah, bahkan sampai merencanakan untuk membuangnya ke sumur. Ini mencerminkan bagaimana rasa iri dapat merusak hubungan antar manusia, berujung pada tindakan yang sangat menyakitkan. Dalam konteks Al-Quran, kita diperlihatkan bahwa kecemburuan dapat mengubah orang yang baik menjadi pelaku kejahatan, dan ini adalah pelajaran penting yang perlu kita renungkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Yusuf AS
Melalui proses yang dijalani oleh Yusuf, kita belajar bahwa kekuatan iman dan kesabaran dapat mengatasi segala bentuk kezaliman dan sakit hati. Yusuf AS tetap bersikap penuh ketabahan meski mengalami pengkhianatan. Al-Quran menekankan bahwa pada akhirnya, kebenaran akan selalu terungkap dan mereka yang bersabar akan mendapatkan pahala yang besar. Ini merupakan pengingat bahwa, meskipun kita juga memiliki rasa sedih, penting bagi kita untuk terus berusaha menjadi lebih baik dan tidak membiarkan emosi negatif memandu tindakan kita.
Kesimpulannya, kisah Nabi Yusuf AS adalah penggambaran yang menghentak tentang validasi perasaan sedih dan bahaya dari iri dan kecemburuan. Al-Quran mengajarkan kita untuk menghadapi perasaan kita dengan bijak, dan mendorong untuk mencari pengertian dalam setiap ujian hidup. Dengan memahami hikmah ini, kita bisa menjadikan setiap perasaan sedih sebagai peluang untuk tumbuh dan belajar.